Minggu, 09 Oktober 2016

Muhasabah Memahami Kurikulum 2013

Oleh : N.A. Suprawoto

Kita tentu bukan baru kemarin sore menjadi bagian dari perjalanan pendidikan di negeri ini. Sebagian dari kita bahkan sudah lebih dari separo umurnya diabdikan pada pendidikan. Tetapi seperti yang banyak diakui, pendidikan kita sering dikatakan berjalan di tempat kalau tidak mau dikatakan berhenti sama sekali. Jika benar demikian, apakah kita juga menjadi bagian dari penyebabnya?

Image result for kurikulum 2013 revisi 2016

Tulisan ini bukan untuk mencari atau menyalahkan salah satu pihak atas “rendetnya” laju pendidikan di negara kita. Karena tulisan ini bertema pendidikan dan khususnya menyoroti tentang kurikulum, maka sasaran tulisan ini antara lain para praktisi pendidikan (formal) yakni guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah.  Tulisan ini lebih ditujukan sebagai muhasabah bagi para insan pendidikan khususnya saya pribadi sebagai penulis untuk mencoba menelusuri apa yang sudah saya fahami atau saya mengerti sehingga berpengaruh terhadap apa yang kemudian akan saya kerjakan. Memahami pastilah tidak sama persis artinya dengan mengerti. Namun dalam konteks ini penulis hendak ‘menyamakan’ makna keduanya. Maksud penulis bahwa dalam tulisan ini jika disebut ‘mengerti’ maka maknanya sama halnya dengan jika disebut ‘memahami’.

Seseorang yang faham tentang sesuatu maka ia akan dapat mengerjakan sesuatu yang difahaminya tersebut dengan hasil lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak faham tentang sesuatu yang dikerjakannya, maka jangan harap hasilnya akan bisa baik.

Keberadaan dan keterlaksanaan kurikulum tidak bisa dilepaskan begitu saja dari komponen pendidikan lainnya yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas. Kurikulum hanyalah perangkat yang tak mampu menggerakkan dirinya. Ia memerlukan perangkat lain yang memiliki softskill dan hardskill yang mampu menggerakkan kurikulum itu menjadi bermakna dan mampu mempengaruhi berbagai komponen pendidikan lain yang hendak secara bersama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen guru, kepala sekolah dan pengawas akan mampu menggerakkan / menerapkan kurikulum itu dengan efektif jika mereka memahami kurikulum yang hendak dijalankannya itu. Memang mereka mempunyai porsi yang relatif berbeda. Porsi guru lebih pada implementasi kurikulum yang direpresentasikan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan kepala sekolah dan pengawas lebih berperan pada tataran kebijakan, pengawasan dan evaluasi.

Kegagalan pendidikan di negara kita sering disebut sebagai akibat dari buruknya kurikulum. Maka tidak heran jika kurikulum menjadi sering diganti. Benarkah demikian? Benarkah kurikulum kita selalu buruk sehingga terlalu sering diganti? 

Ronald C. Doll, seorang ahli pendidikan menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat program pendidikan dan mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah yang isinya mengenai rancangan pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dalam kurun waktu tertentu. Kata seperangkat mengandung makna bahwa kurikulum memuat isi dan proses baik formal maupun nonformal, memuat sejumlah keterampilan yang harus dikuasai siswa serta perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dengan penjelasan itu maka kita dapat menyimpulkan bahwa kurikulum bukanlah sesuatu yang sederhana. Ia harus dipandang secara menyeluruh karena merupakan sesuatu yang kompleks dan padat substansi.

 Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa upaya memahamkan kurikulum harus segera dilakukan oleh semua pihak, terutama oleh guru dan praktisi pendidikan lainnya yang merupakan ujung peluru dari kurikulum itu sendiri. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, sekolah maupun pihak-pihak lain yang terkait dalam rangka menyosialisasikan (baca: memahamkan) kurikulum agar bisa terlaksana dengan baik. Namun sama-sama kita lihat hasilnya belum dapat memuaskan. Jika ada ketidakseimbangan antara upaya dan hasil, maka kita perlu melakukan evaluasi secara lebih teliti. Apakah upaya memahamkan kurang maksimal? Atau apakah upaya mengimplementasikan yang belum sungguh-sungguh? Atau apakah pengawasan dan pembinaannya yang juga masih perlu diperbaiki. Guru, kepala sekolah dan pengawas perlu duduk bersama membedah masalah yang menjadi penyebab kegagalan tersebut.***

Semoga menginspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar