Oleh
: N.A. Suprawoto
Kita tentu bukan baru kemarin sore menjadi bagian dari perjalanan
pendidikan di negeri ini. Sebagian dari kita bahkan sudah lebih dari
separo umurnya diabdikan pada pendidikan. Tetapi seperti yang banyak diakui,
pendidikan kita sering dikatakan berjalan di tempat kalau tidak mau dikatakan berhenti
sama sekali. Jika benar demikian, apakah kita juga menjadi bagian dari penyebabnya?
Seseorang yang faham tentang sesuatu maka ia akan dapat
mengerjakan sesuatu yang difahaminya tersebut dengan hasil lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak
faham tentang sesuatu yang dikerjakannya, maka jangan harap hasilnya akan bisa baik.
Keberadaan dan keterlaksanaan kurikulum tidak bisa dilepaskan
begitu saja dari komponen pendidikan lainnya yaitu guru, kepala sekolah dan
pengawas. Kurikulum hanyalah perangkat yang tak mampu menggerakkan dirinya. Ia
memerlukan perangkat lain yang memiliki softskill dan hardskill yang mampu menggerakkan
kurikulum itu menjadi bermakna dan mampu mempengaruhi berbagai komponen pendidikan
lain yang hendak secara bersama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen guru, kepala sekolah
dan pengawas akan mampu menggerakkan / menerapkan kurikulum itu dengan efektif
jika mereka memahami kurikulum yang hendak dijalankannya itu. Memang mereka
mempunyai porsi yang relatif berbeda. Porsi guru lebih pada implementasi
kurikulum yang direpresentasikan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan kepala
sekolah dan pengawas lebih berperan pada tataran kebijakan, pengawasan dan
evaluasi.
Kegagalan pendidikan di negara kita sering disebut sebagai
akibat dari buruknya kurikulum. Maka tidak heran jika kurikulum menjadi sering
diganti. Benarkah demikian? Benarkah kurikulum kita selalu buruk sehingga
terlalu sering diganti?
Ronald C. Doll, seorang ahli pendidikan menyebutkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat program pendidikan dan mata pelajaran yang
ditetapkan oleh sekolah yang isinya mengenai rancangan pelajaran yang harus
diberikan kepada siswa dalam kurun waktu tertentu. Kata seperangkat mengandung
makna bahwa kurikulum memuat isi dan proses baik formal maupun nonformal,
memuat sejumlah keterampilan yang harus dikuasai siswa serta perubahan tingkah
laku siswa sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dengan
penjelasan itu maka kita dapat menyimpulkan bahwa kurikulum bukanlah sesuatu
yang sederhana. Ia harus dipandang secara menyeluruh karena merupakan sesuatu
yang kompleks dan padat substansi.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa upaya memahamkan kurikulum
harus segera dilakukan oleh semua pihak, terutama oleh guru dan praktisi
pendidikan lainnya yang merupakan ujung peluru dari kurikulum itu sendiri.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, sekolah maupun pihak-pihak lain
yang terkait dalam rangka menyosialisasikan (baca: memahamkan) kurikulum agar
bisa terlaksana dengan baik. Namun sama-sama kita lihat hasilnya belum dapat memuaskan.
Jika ada ketidakseimbangan antara upaya dan hasil, maka kita perlu melakukan
evaluasi secara lebih teliti. Apakah upaya memahamkan kurang maksimal? Atau
apakah upaya mengimplementasikan yang belum sungguh-sungguh? Atau apakah
pengawasan dan pembinaannya yang juga masih perlu diperbaiki. Guru, kepala
sekolah dan pengawas perlu duduk bersama membedah masalah yang menjadi penyebab
kegagalan tersebut.***
Semoga menginspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar